Mengenalkan (Kembali) Karya Mahbub Djunaidi

SMA Al-Muayyad Surakarta pada Mei 2014 lalu menggelar acara bedah novel Dari Hari ke Hari Karya Mahbub Djunaidi. Acara ini  didukung oleh Majalah Surah Jakarta dan Majalah Serambi Al-Muayyad.  Muhammad Izzat Abidi dan Yudha Adhityan, (siswa  SMA Al-Muayyad) melakukan wawancara dengan Mas A. Zakky Zulhazmi (Redaktur Surah) selaku penggagas acara. Berikut hasil selengkapnya.
Mengapa Majalah Surah menerbitkan kembali novel Dari Hari ke Hari Karya Mahbub Djunaidi?
Karena ini karya bagus. Karya besar tapi tak banyak dikenal oleh banyak orang. Karya yang mengadung nilai sejarah, karya penting, dan menjadi pemenang saembara mengarang roman yang diadakan oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) tahun 1974.
Untuk menerbitkan buku karya Mahbub Djunaidi ini kan biasanya penerbit melakukan pengamatan tentang kehidupan si penulis, bagaimana cara Majalah Surah mengamati kehidupan Mahbub Djunaidi yang sudah wafat?
Kami menggali kehidupan beliau dari anak-anak beliau, teman-teman beliau dan buku-buku sejarah. Tidak terlalu banyak yang membicarakan sosok Mahbub Djunaidi dan ini adalah usaha yang amat melelahkan untuk bisa mengetahui beliau.  Kebanyakan dari kita hanya tahu bahwa beliau adalah orang NU, orang PPP dan pendiri PMII tapi kita tak tahu kehidupan pribadi dan karya-karyanya. Mencari karya milik beliau di pasaran saat ini amatlah susah karena sudah tak diterbitkan lagi. Untuk itu kami menerbitkan salah satu karyanya lagi.
Novel Dari Hari ke Hari ini sudah dibedah di mana saja?
Sudah dibedah di Ponpes Al-Amin Sumenep, Madura, Surabaya, Bandung, Ponpes Tebuireng Jombang, UI Depok, UIN Jakarta, Jogja, dan akan menyusul di Cirebon, Semarang dan beberapa tempat lainnya.
Menurut Mas Zakky, acara bedah novel Dari Hari ke Hari  yang paling menarik  di mana?
Acara yang paling menarik ya? Mungkin di Al-muayyad ini. Itu karena  dari segi kelengkapan para pembedahnya. Di bidang sastranya oleh Mas Syafawi Akhmad Khadafi, kritik sastra oleh  Mas Han Gagas dan dari sisi sejarahnya oleh Mas Heri Priyatmoko. Juga antusiasme dari siswa SMA Al-Muayyad.  Sewaktu di UI dan UIN  para mahasiswanya mungkin terlalu serius, tapi bagusnya di sana anaknya Mahbub Djunaidi datang  dan menceritakan sosok Mahbub Djunaidi itu sendiri.
Apa harapan Majalah Surah untuk para pembaca?
Minimal temen-temen tahu tentang Mahbub Djunaidi. Beliau pendiri PMII, tapi banyak anak PMII yang tidak kenal beliau. Beliau orang NU, tapi banyak orang-orang NU yang tidak tahu beliau. Semoga dengan acara ini orang NU pada khususnya dan orang Indonesia pada umumnya dapat mengenal sosok Mahbub Djunaidi. yang penting pengenalan dulu, dan setelah itu mungkin kita merasa bangga, merasa memiliki dan mengapresiasi karya-karya Mahbub Djunaidi.
Tentang Majalah Surah, sejak kapan Majalah Surah terbit?
Jadi bibit Majalah Surah ini sudah ada di tahun 2004. Pada awalnya kami melakukan kunjungan ke pesantren-pesantren dan melakukan pelatihan tulis menulis di sana, juga mengadakan diskusi-diskusi tentang sastra. Dari situlah terpikir untuk membuat suatu majalah sastra, dan Majalah Surah sendiri baru terbit setahun yang lalu, yaitu pada tahun 2013. Sekarang sudah 5 edisi. Majalah ini terbit 2 bulan sekali. Dalam proses penerbitan ini kami tidak memiliki sponsor yang besar. Kalaupun ada itu hanyalah iklan yang jumlahnya kecil. Kami lebih bergantung pada cara patungan bersama. Walaupan pada awalnya banyak yang tidak yakin, tapi kami membuktikan bahwa kami bisa terbit hingga 5 edisi sampai saat ini.
Kami juga punya majalah, yaitu Majalah Serambi Al-Muayyad yang akan terbit untuk edisi ke-6 bulan Juli ini. Adakah pesan dan motivasi dari Majalah Surah untuk Majalah Serambi Al-Muayyad yang juga masih tergolong majalah yang baru-baru saja terbit?
Kalian harus bisa istiqamah,mengatur dan mengolah. Staminanya, tenaganya harus  bisa dijaga terus. Saya pikir itu akan dapat membuat Majalah Serambi Al-Muayyad dapat terus terbit. Saya juga baru menemukan di Solo ini ada majalah pesantren yang bisa terbit 5 edisi yang dikelola secara baik, dan juga berbobot untuk kalangan santri kususnya di Solo. ya hanya di Al-Muayyad. [MSA]

Terakhir Diperbaharui ( Rabu, 24 September 2014 12:22 )