Wawancara Eksklusif Bersama Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf
Berdakwah Dengan Sholawat
Alhamdulillah, Majalah Serambi Al-Muayyad mempunyai kesempatan berharga bisa bersilaturahim kepada Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf sekaligus wawancara di rumah beliau beberapa waktu yang lalu. Habib Syech mempunyai keinginan agar Indonesia Bersholawat, seluruh bumi pertiwi penuh dengan orang-orang bersholawat. Beliau juga mempunyai kenangan indah dengan Mbah Ti dan Al-Muayyad. Berikut hasil wawancaranya.
Bagaimana latar belakang didirikannya Majelis Ta’lim Dzikir & Sholawat Ahbaabul Musthofa?
Kita melihat perpecahbelahan antara umat dan didirikannya Ahbaabul Mushtofa ingin mempersatukan umat dengan sholawat. Kita bersholawat untuk menjalankan apa yang diterangkan pada Al-Qur’an maupun Hadist. Keutamaan Sholawat yaitu untuk penyejuk dan ketentraman hati.
Ada berapa jamaah yang menghadiri dalam majelis Ahbaabul Musthofa?
Ahbaabul Musthofa tidak punya jamaah khusus dan hanya sebagai nama atau wadah, jamaahnya adalah semua umat Islam yang senang sholawat. Ahbaabul Musthofa hanya wadah untuk mengumpulkan ahli sunnah waljamaah. Yang hadir dari berbagai jamaah, seperti Alhidayah, Jamuro, Jamaro dan dari semua elemen masyarakat. Biasanya yang hadir minimal 10.000-an orang di setiap acara. Kalau rutinan pengajian di rumah ini setiap malam kamis yang hadir 2.000-5.000 orang.
Apa makna Sholawat bagi Habib Syech dan keutamaannya bagi Umat Islam?
Tadinya di setiap acara saya tidak bersholawat. Saya ceramah tanpa sholawat tapi setelah saya lihat hasilnya kurang. Lalu kita mengubah cara dengan mengawali dulu dengan sholawat, baru ceramah, nasehat dan pelajaran ilmu. Itu karena manusia yang hadir mempunyai pikiran yang berlainan, pikirannya macem-macem. Setelah mereka datang di suatu tempat kita masuki dengan sholawat, dengan dikrullaha wadikrurosulih. Setelah pikiran mereka dingin baru kita nasehati. Ahbaabul Musthofa memakai wadah sholawat karena sholawat adalah penyejuk. Nabi Muhammad, manusia yang kita bacakan sholawat kepada Allah adalah manusia sebagai contoh tauladan bagi umat.
Bagaimana kita menyikapi orang yang tidak menyukai sholawat?
Saya yakin semua orang suka sholawat. Jadi ketika ada orang yang tidak suka sholawat itu cuma karena dia tidak punya tempat di masyarakat. Akhirnya dia membuat ulah yang baru, akhirnya dia mendapat tempat. Kalau orang tidak suka sholawat, benci sholawat, berarti dia bukan umat nabi Muhammad SAW. Itu sama saja ia tidak menjalankan perintah Allah dan sunah nabi Muhammad.
Apa tantangan bagi umat Islam saat ini?
Umat Islam kita harap bersatu. Jangan mempermasalahkan masalah furuiyyah. Islam kita mulai dihancurkan oleh orang-orang non muslim dengan merusak akhlaq dan moral bangsa ini. Lalu kenapa kita masih ribut masalah tahlil dan bukan tahlil, qunut dan tidak qunut. Ayo kita bersatu bagaimana kita kuatkan Islam ini dengan satu sama lain dengan mempelajari apa yang telah disampaikan orang-orang tua kita. Buka lagi Al-Qur’an, buka lagi sunah Rasul. Masih punya pendapat silakan tetapi kita tidak saling menyalahkan tentang masalah-masalah furuiyyah. Jangan kita merasa diri kita lebih baik daripada yang lain. Jangan merasa kita lebih benar. Jangan merasa kita paling dekat dengan surga. Bangsa kita perlu disatukan dan jangan pula kita dipecah belah oleh partai. Partai dan organisasi itu hanya satu wadah. Tetapi kebersamaan ini yang kita butuhkan. Jangan kita lebih mementingkan partai atau organisasi itu daripada Islamnya.
Menurut Habib, dakwah yang baik itu seperti apa?
Sistem dakwah Romo Kiai dan Walisongo menurut saya paling mudah dan baik, apalagi di Jawa Tengah. Dengan seni kita masuk. Sholawat kita kemas dengan kesenian. Dengan cara itu lebih mengena ke masyarakat. Istilahnya dadio banyu ning ojo kintir. Dimana tempat kita masuk. Dengan orang tua kita harus menghormati. Dengan yang muda kita harus sayangi. Ada orang maksiat jangan kita caci. Sama orang taat harus kita ikuti.
Bagaimana cara agar dakwah itu berhasil?
Pertama kita harus ikhlas. Kedua, tahu karakter masyarakat yang diajak bicara. Ketiga, dakwah dengan ucapan, dengan tingkah laku, dengan harta. Terus jangan menghilangkan kesenian di masyarakat semenjak itu tidak menyebabkan lupa kepada Allah dan Rosulnya. Dakwah dengan sholawat menurut saya dapat berhasil. Sekarang hampir seluruh Indonesia bersholawat. Belum tentu orang yang bersholawat itu baik tetapi kita mengarahkan mereka dan diri kita sendiri untuk menjadi baik. Saya punya cita-cita Indonesia Bersholawat. Seluruh bumi pertiwi penuh dengan orang bersholawat.
Di akhir majlis Habib membawakan lagu Indonesia Raya, apa tujuannya?
Di akhir majlis kadang saya membawakan Indonesia Raya untuk membangkitkan umat ini agar kenal kepada bangsanya, kepada negaranya. Banyak orang yang tidak hafal Indonesia Raya. Saya ingin membangkitkan ghiroh kepada bangsa dan supaya masyarkat dan pemerintah tahu bahwa setiap ulama di negeri ini selalu berdampingan dengan pemerintah yang benar.
Bagaimana kesan-kesan Habib dengan Pondok Al-Muayyad?
Saya kalau sudah di Pondok Al-Muayyad seperti di tempat orang tua sendiri. Saya punya kenangan yang indah dengan Bu Nyai Umar, Mbah Ti. Saya kalau masuk Al-Muayyad seakan-seakan masuk ke rumah orang tua saya sendiri dan ke rumah guru saya. Saya merasakan kasih sayang orang tua kepada anak dan sebagai anak, saya harus menjadi anak yang taat kepada orang tua.
Semoga Al-Muayyad terus maju. Mudah-mudahan diisi dengan putra dan putri, santri dan santriwati yang selalu dapat meneruskan perjuangan Kiai Umar dan Bu Nyai Umar dan perjuangan orang-orang yang mendahului kita. Amin.
(M.Khoirudin & Faiz Tamami, MA Al-Muayyad)